Minggu, 07 Oktober 2018

Aku Dan Hanya Tanteku

Aku Dan Hanya Tanteku
 bibinya cukup menarik dengan 170 cm postur tinggi dengan ukuran dada 34B, berumur sekitar 29 tahun. Sebenarnya, saya selalu suka melihat tubuh mulus tanteku, secara tidak sengaja ketika dia sedang mandi karena itu di tempat kami kamar mandi pada waktu itu tidak tertutup atap dan tidak ada pintu, jadi jika ada mandi di hanya dengan melampirkan handuk di tembok yang membuat tanda bahwa kamar mandi sedang digunakan.
Tidak berakhir di sana, kadang-kadang bibi saya adalah seperti memakai tipis model kanal tidur tanpa mengenakan bra dan sering terlihat ketika di pagi hari. Selain itu, saya sering bangun di pagi hari sudah dipastikan bibi sedang menyapu halaman depan dan secara otomatis ketika dia merunduk mengungkapkan payudara cukup besar dan gemuk. Hal ini dilakukan sebelum dia menyiapkan kebutuhan sekolahnya, jika paman saya biasanya tidak di rumah karena sering bertugas di luar kota selama empat hari. Setelah saya melamun tentang apa rasanya jika saya berhubungan seks dengan bibi saya, tapi akhirnya paling ku tumpahkan di kamar mandi, udara-masturbasi. Rupanya anga-anganku itu bisa menjadi kenyataan ketika saya mengendarai bibi saya menonton TV di rumah pada siang hari di mana tiga anak-anak mereka sekolah dan paman saya sedang bertugas ke luar kota di pagi hari.
Itu terjadi ketika saya sedang menonton TV sendirian berdekatan dengan kios bibi. Ketika saya ingin mandi, saya langsung pergi ke pintu. Rupanya bibi saya sedang menulis sesuatu, mungkin menulis bahan makanan akan dihabiskan nanti.
“Tante, Diko ingin mengambil rokok, bayar kemudian Diko ya nanti!” Saya berkata kepada bibi saya. “Ambillah, Ko!” Bibi saya menjawab, tanpa memandangku tepat di belakangnya sambil terus menulis dalam posisi membungkuk. Karena jar rokok kemudahan di mana kita akan mengambil ada di sebelah bibi saya sengaja aku menyentuh payudaranya kebetulan tanpa memakai bra. “Aduh!-Hati dong yang ingin mengambil sebatang rokok. Kena tangan, sehingga nyeri dada bibi!” Teriak bibi saya sambil memijat memijat sedikit dada sebelah sisi kirinya. Namun, karena tidak mengenakan bra, puting terlihat jelas susu bibi yang cukup besar itu. “Maaf Tan, aku tidak sengaja. Lihatlah aja Tan, Diko ambilin minyak Tante sehingga nyeri dada tidak seberapa!” Aku memohon kepada bibi saya. “Nah, di sana Anda mengambil cepat!” bibi saya meringis sambil tetap memijat dadanya.
Segera saya mendapatkan minyak pijat yang ada di sana, tapi ketika aku kembali di kios perlahan, aku melihat bibi sedang memijat dadanya tapi baju terusannya yang bagian atasnya saja. “Ini Tante, minyak seri!” Aku berkata agak keras sengaja sambil berpura-pura tidak melihat apa yang bibi saya lakukan. Mendengar suara saya, bibi saya agak terkejut dan segera rapikan bagian atas gaunnya masih tergantung di pinggang. Tampak bibi saraf itu menerima minyak pijat tetapi tidak memberitahu saya untuk keluar cepat. Tanpa membuang kesempatan aku langsung menawarkan jasa saya untuk menyortir nyeri dada, tetapi bibi saya agak takut. Perlahan-lahan dengan kekuatan kecil saya dibujuk dan akhirnya saya dapat izin untuk menyortir tapi dari belakang.
Sedikit demi sedikit minyak kuoleskan di sisi payudaranya dari belakang, namun secara bertahap juga kumemainkan jariku dari belakang ke arah depan. Terkejut juga ketika bibi saya tahu aksi nakalku. “Diko! Anda lakukan ya nakal!” Teriak bibiku, tapi tidak disikat tanganku dari tubuhnya pakaian sebagian tertutup. Cari kesempatan yang saya tidak sia-sia dan saya mulai aktif menggunakan kedua tangan untuk uleni lembut memijat bukit kembar yang masih tertutup oleh selembar dari depan kemeja. “Ohh … oohh …” seru bibi saya ketika tangan saya mulai memegang susu dari belakang sambil memutar payudara. “Jangan … Diko … yang …” bibi masih merintih namun tidak kuacuhkan bahkan dengan sigap aku berbalik tubuh bibiku untuk berhubungan langsung dengan saya. Kemudian secara bebas mulai mencium susu ke kiri sementara masih semacam-urutan yang berdekatan susu. Lalu aku mulai mencucupi kedua puting bergantian dan bibi mulai terangsang oleh pengerasan kedua susu.
Jangan berhenti di situ, ternyata menjatuhkan bibi saya mulai menjelajahi perut saya mencoba untuk memegang pangkal paha yang sudah telah diperketat. Ketika ia mendapatkannya secara perlahan, kocok krim bar pangkal paha secar perlahan dan tiba-tiba bibi saya mengambil jongkok sikap belum memegang pangkal paha panjang lamayan. Untuk diketahui, batang pangkal paha sekitar 20 cm dengan diameter 3,5 cm. Bibi rupanya sedikit terkejut dengan ukuran selangkangan apalagi sedikit bengkok, namun dengan sigap tapi perlahan bibi saya mulai menghisap vagina perlahan-lahan dan lebih cepat dan lebih cepat. “Ah … ah … ah … yak .. jadi … terus … terus …” Aku mengerang, memegangi kepala bibi saya bolak-balik mengisap batang kemaluanku. Kemudian, karena saya tidak tahan, jadi aku mengangkat tubuh bibiku duduk di tepi meja tempat ia telah menulis, dan dengan sedikit gerakan yang saya memaksa saya stretch bibi paha. Rupanya bibi saya masih mengenakan CD dan perlahan-lahan membuka CD-nya ke samping dan melihat gundukan sudah ayam basah.
Perlahan-lahan aku mencium bibi dan kumain saya kemaluan-play klirotisnya. “Ah … ahhh .. Diko, Tante ingin keluuuaarrr …” Beberapa saat kemudian bibi saya tampaknya akan mengalami orgasme, dia langsung memegang kepala saya agar tetap di bagian ayam dan kemudian melepaskan surga di saya mulut, “Crettt … crett … cret …” mulutku untuk cairan basah ke surga bibi. Kemudian bibi saya agak lemas tapi masih ayam kujilati yang akhirnya membangkitkan untuk melakukan hubungan intim dengan saya. Aku mengangkat tubuh bibiku ke toko, dan dengan sedikit keras saya bisa mengubah posisinya telentang di depan saya, saya mendapatkan lebih luas kuarahkan kakinya dan tip selangkangan kemaluannya ke dalam lubang. Agak sulit memang karena saya adalah seorang berpengalaman kecil di bidang ini, tapi rupanya bibi saya bisa memahaminya. Dia memimpin dengan sabar pada akhir kanan pangkal paha ayam pit. “Perlahan-lahan ya, Diko!” Bibi saya lembut, mencengkeram pangkal paha saya.
Ketika saya pertama kali memasuki bibiku selangkangan kepala mulai meringis sedikit, tapi aku tidak secara fisik mampu sedikit memaksa akhirnya pangkal paha bisa masuk seluruhnya. “Diko … akh …” teriak sedikit dari bibi saya ketika saya meletakkan batang kemaluanku seluruh di pit ayam agak basah, tapi sedikit sempit ketika dia menekan kakinya ke pinggang saya. Perlahan-lahan saya lakukan bergerak maju mundur, meremas-remas dua susu. Hampir tiga puluh menit kemudian gerakan lagi bermain cepat. Rupanya aku mendekati puncak. “Tan … aku … aku mauuu … keluar …” bisikku, mempercepat gerakan. “Ditempatkan di kursus, adik!” Kata bibiku, menggelengkan kepala dan menggoyangkan pantatnya kecil seragam. “Tan … Aku … keluarrr …” Aku menangis sambil memasukkan secara mendalam pangkal paha sambil menahan susu. Rupanya bibi saya juga mengalami hal yang sama dengan saya, ia meletakkan pantatnya agar selangkangan dapat mendorong sambil menyemburkan air surga untuk ketiga kalinya. “Cret … cret … cret …” hampir lima kali aku memuntahkan air ke dalam lubang surga kemaluan dan bibi saya juga dicampur dengan air surga bibi yang hampir bersamaan keluar dengan saya. “Cret … cret … cret … ahh …” bibi melengkung tubuhnya saat melepas surga air dari lubang kemaluannya.
Akhirnya kami berbaring dan bibi saya secara perlahan bangun untuk berdiri sambil mencoba melihat kemaluannya yang dibanjiri oleh air surga. “Diko! Kamu nakal, bagaimana berani kita lakukan ini untuk Tante, tapi Tante senang kok, Tante puas dengan kenakalan Anda,” bisik bibi saya perlahan-lahan. Aku hanya bisa terseyum, menaikkan kembali celana yang dipelorotkan oleh bibi saya. Bibi akhirnya berjalan keluar, tapi sebelum itu ia membawanya untuk menahan pangkal paha yang cukup besar ini.
Ini adalah pengalaman pertama, dan sejak itu kami dapat mencuri waktu untuk mengulanginya, terutama jika saya atau bibi saya ingin mencoba posisi baru, dan tentu saja ketika Om bibi saya dan anak-anak pergi ke sekolah. Sekarang itu tidak dilakukan lagi karena bibi saya sekarang bergabung Om-ku yang mendapat tugas di daerah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar